Tag
Mereka bilang, menjadi yang ditinggalkan selalu terasa lebih berat. Mungkin mereka tidak merasakan beratnya memutuskan untuk mundur dan meninggalkan seseorang yang sudah tidak mau lagi untuk di perjuangkan.
-Junk
20 Selasa Okt 2015
Posted bibliodiary, late nite
inTag
Mereka bilang, menjadi yang ditinggalkan selalu terasa lebih berat. Mungkin mereka tidak merasakan beratnya memutuskan untuk mundur dan meninggalkan seseorang yang sudah tidak mau lagi untuk di perjuangkan.
-Junk
29 Rabu Jul 2015
Posted bibliodiary, F.U.N, late nite
inTag
Hi
Have you ever heard about banks?
Banks disini..nama seorang musisi ya. Belakangan ini saya lagi suka sekali dengerin lagu – lagunya, attached personally though. Hehe. Sebenernya sih, dulu si nona satu itu pernah ngomongin tentang si Banks ini, cuma saya nggak merhatiin, karena masih asing sama sekali. Dan pendapat saya berubah, sejak belakangan ini saya search dan mendengarkan langsung lagu-lagunya. Menurut saya sih, lirik lagu-lagunya merupakan curhatan roman pada umumnya, ya. Tapi nggak tahu kenapa, waktu saya mendengarkan lagu-lagunya jatuhnya jadi asyik aja. Dan biasanya sih kalau saya suka sama lagu, saya sukanya sama satu atau dua lagu dari penyanyi yang sama saja. Tapi sejauh yang saya dengarkan, Banks mempunyai beberapa lagu kalem yang tidak membosankan dan menjadi candu. Dan lagipula beberapa lagu milik Banks bisa fit dengan suara rendah saya dan membuat saya sering menyanyikannya saat mandi. Hehe
Berikut adalah lagu – lagu dari Banks yang saya sukai baik karena liriknya secara personal (ataupun dari video klipnya. Hehehe)
1. Beggin For Thread
2. Goddess
3. Drowning
4. Brain
5. Waiting game
6. Someone new
7. Before I ever met you
8. This is what it feels like
Itu adalah lagu-lagu yang memiliki beberapa ikatan emosional yang kuat dengan kuping dan pikiran saya . Hehe. Kebiasaan. Dan sisanya, mungkin kalian bisa mendengarkan judul-judul yang lainnya jika memang berminat.
Sebenarnya, saya suka dengan konsep-konsep lagu yang berisikan curhatan, sih (cari temen), bukannya lagu yang bagus di instrumental namun liriknya maxa, kaya…yang itu deh. Saya sering membayangkan apakah Banks ini menulis lirik pada saat lewat tengah malam dan saat perasaan galaunya mencapai puncaknya. Karena..yah…jam – jam itu merupakan jam rawan, bukan? dan apabila kamu hanya sendirian dengan pikiranmu..sebetulnya bisa menjadi mengerikan. Hehe.
Anyway, rasa – rasanya ini adalah review (apaan –“) pertama saya mengenai seorang musisi, karena biasanya saya hanya menulis list – list lagu saja hehe.
Jika memiliki waktu luang, sila cek salah satu video klip banks diatas ini. Dengan lagu yang asyik dan muka cantik begini, siapa yang nggak tertarik –” .
-Junk
10 Jumat Jul 2015
Posted bibliodiary, late nite
in-Spoiler alert-
Hai.
Setelah saya terus kepikiran sama isi buku ini, akhirnya saya mendapat niat untuk menulis review disini juga.
Sebelumnya, saya jarang sekali menulis review tentang buku (ataupun film, ataupun beberapa lagu secara spesifik), tapi toh saya nggak yakin ini bisa disebut “review-an” juga. Secara kode etik jurnalistik dan dunia review karya sastra, yang akan saya tuliskan nanti jelas akan melanggar haha. Anyway,
London : Angel adalah salah satu novel dari seri “Setiap tempat punya cerita”. Kalau kamu lumayan sering menjelajah toko buku atau tempat persewaan, seri yang saya sebutkan tadi bukanlah hal yang asing. London bukan buku serial STPC pertama yang saya baca, namun sejauh ini saya berani memutuskan bahwa London adalah seri STPC yang paling bagus pertama yang pernah saya baca, kemudian diikuti oleh ‘Melbourne’. Buku ini bagus. Saking bagusnya saya nggak pengen baca lagi , takut kebawa suasana. Duh, mbaknya segitunya -__-. Saya nggak mau nulis sinopsisnya ah. Di google udah banyak. Lagian siapa juga yang nanya. Hehe.
Saya ingin menuliskan mood yang saya dapat setelah membaca buku ini semalam suntuk (lalu saya tidak mampu tidur hingga menjelang pagi, dan karena dirumah sendirian, alih-alih tidur, saya malah pergi ke coffee shop yang berjarak lumayan jauh dari rumah saya dan memesan secangkir KOPI. Langkah perlahan bunuh diri yang elegan, memang.) Iya saya melankolis. Buku inipun. London adalah kota dimana hujan dan mendung adalah hal sehari-hari. Kota kelabu penuh dengan bangunan tua dengan gerimis kecil yang turun, selalu menjadi hal favorit bagi manusia melankolis semacam saya. Mungkin itulah yang menyebabkan saya menyukai kota ini sejak SMP hahah. Dibuku inipun demikian. Hujan, mendung, dingin, dan rasa rindu menjadi daya tarik yang diekspos di buku ini. Jika kalian pernah membaca buku ini, kalian pasti mengetahui hubungan apa yang terjadi antara Gilang dan Ning, bukan? Betul, persahabatan. Tadinya saya pikir hanya sampai disitu saja, sampai akhirnya terjadi adanya hubungan libat perasaan. Dari dulu saya selalu skeptis dengan persahabatan antara pria dan wanita. Seberapapun kuatnya ikatan persahabatan ataupun lamanya waktu, pasti suatu saat akan hancur juga karena keterlibatan perasaan lebih, yang berbeda. Pasti salah satu diantaranya ada yang berharap lebih. Sulit sekali memang, untuk tidak ‘memiliki perasaan lebih’ terhadap sahabat pria/wanitamu (kecuali kalian berdua memiliki orientasi yang sama). Jika beruntung, kamu akan bisa memiliki sahabatmu, orang yang kamu kenal luar dalam sejak lama. Dan jika kamu sedang sial, kamu akan merasakan sebelah tangan yang menepuk, dan mungkin juga akan kehilangan seseorang yang selalu berada di dekatmu. Friendzone, mereka menamainya.
Dalam buku London : Angel ini, sepertinya itulah yang terjadi pada Gilang dan Ning. Emosi saya sungguh diaduk dalam buku ini. Suatu saat, saya merasa Ning sangat bodoh. Suatu saat yang lainnya, saya merasa Gilang jauh lebih bodoh lagi karena melepaskan Ning untuk orang lain. Ending yang saya nggak duga akan menjadi seperti ini. Novel bad ending pertama yang sangat bagus, menurut pendapat saya pribadi. Ngomong-ngomong soal novel yang bagus, menurut pendapat saya yang sangatlah awam ini, adalah novel yang mampu membuat saya mendapatkan gambaran setting, mampu ikut merasakan apa yang dirasakan sang tokoh utama, dan yang paling penting adalah : kesamaan jalan cerita dengan kehidupan sehari – hari. Sepele memang, tapi disitulah bagusnya. Kamu bisa ikut merasakan emosinya. Sebuah trigger yang bagus dalam kehidupan sehari-hari bukan? semakin menyedihkan dan semakin mirip akan terasa semakin bagus. Namun sekali lagi, itu hanya pendapat pribadi seorang melankoli.
Mengenai tokoh dalam cerita, saya mendapatkan bayangan mereka sendiri dalam kepala saya. Saya penasaran sekali dengan tokoh Ning. Diceritakan dia adalah gadis berambut pendek, pekerja seni, memiliki sifat pemberani dan terbuka dalam kehidupan bebas layaknya masyarakat barat sana. Well, it slightly reminds me of Medina. Anyway, short haired girls are best (Not me, but the others).
Dan lalu konfliknya, dimana Ning mencoba untuk -apa yang dia bilang- ‘mencintai Gilang dan menerimanya, disaat sebenarnya ia mencintai pria lain, seorang bule tukang seni yang mungkin saja lebih tampan daripada Gilang.’ ,
“Gadis itu masih terjerat angan. Dia bergerak perlahan, –senyum mempermanis bibirnya. Lalu entah bagaimana , aku menyadari sesuatu. Mendadak, segalanya menjadi jelas. Pertanyaan-pertanyaanku terjawab. Lengkung di bibir Ning, itu bukan senyum yang mewakili rasa kagum. Dan, sesuatu di mata gadis itu membuatku sulit bernapas. Ada kebahagiaan yang bercampur dengan kerinduan disana. Rasa yang tak pernah kutemukan di matanya ketika ia menatapku. Cinta.”
yang berujung pada,
“Sesuatu menikam hatiku tiba-tiba. Ning masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang dikenakannya kemarin, semuanya kusut. Gadis itu bermalam di The Piper, itu jelas. Dia….sudah menjadi milik lelaki lain.”
dan ,
“Aku memeluk balik gadis itu. Sesaat aku berharap mendapati wangi vanili di lehernya untuk kali terakhir. Namun, sial, aku justru mencium aroma tembakau. Gadis itu benar-benar telah menjadi milik lelaki lain. Maka, dengan berat hati, aku melepaskannya.”
adalah bagian-bagian dimana emosi saya berlompatan kesana-kemari. Saya berpikir…Gilang, really? You loved this girl for six years and now you get her and instead, you let-her-go? I mean, ayolah Gilang, I feel you man, tapi kamu kan sudah mengenal dan menyukai gadis ini sejak lama, dan dia bukan gadis yang baru kamu kenal beberapa minggu lalu bukan? Come on, it’s Ning, man. From the way you talked and fantasized about her, I know how special she is for you. And you just let her fucking go? Jika saya menjadi Gilang atau ada seseorang dikehidupan nyata yang bisa disamakan dengan Gilang , saya jelas tidak akan melepas Ning begitu saja apalagi sebelumnya Ning telah menerimanya.Tapi begitulah jalan cerita novel bukan? hidup tidak seindah cerita di novel , walaupun cerita di novelpun tidak selalu indah.
-_______________________- Penulis pintar :’))
Oke, bener-bener spoiler
Tetapi entah mengapa, saya sungguh penasaran dengan tokoh bernama Ning ini. Ketertarikan khusus dengan tokoh Ning ini lebih tepat nya, entah mengapa. Disaat review pembaca lain tertarik dengan pembahasan mengenai Gilang, saya –selalu sebaliknya–, terhadap Ning. Aneh,memang. Gilang sangat menyukai wanita ini ,dan entah mengapa saya ikut merasakan apa yang dia rasa melalui kata-kata yang diberikan dibuku ini. Yang diperjuangkan selalu memiliki daya tarik tersendiri, bukan? Dan rasa penasaran yang paling menyiksa adalah rasa penasaran pada tokoh fiksi, yang berasal dari isi kepala orang asing, dan jelas tidak nyata. Bodoh, memang -_____-
Jadi, begitu saya tahu bahwa London : Angel akan dibuat menjadi film, saya sungguh bersemangat. Ning-nya, semoga sesuai dengan harapan saya, karena terutama, Ning lah daya tarik cerita ini.
Dan semoga Gilang tidak sebodoh cerita yang tertulis dibuku :’)
Tapi jika saya menghujat Gilang, saya juga merasa seperti sedang menghujat diri sendiri, kan ya .Hahahahha. Haha.
setel : Strange and Beautifulnya Aqualung
-Junk-
27 Sabtu Jun 2015
Posted bibliodiary, late nite
inTag
*Bahkan nggak tahu mau kasih judul apa*
malam ini banyak sekali pikiran yang memutari kepala saya, saya berharap bisa menangkap salah satu diantaranya dan mulai benar-benar memikirkannya agar postingan blog ini terlihat lebih masuk akal. Tunggu. Kok saya repot-repot sih?
By the way, what do you think about the word ‘merelakan’? Dimulai dari saya dulu, merelakan (verb) adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Bahkan jika sama-sama diusahakan, aljabar terlihat lebih mempunyai kepastian dari pada ‘merelakan’. Saya punya beberapa kejadian yang berkaitan dengan merelakan. Entah itu benar-benar merelakan, saya usahakan untuk merelakan, atau yang paling masuk akal adalah mungkin saya cuma lupa alih-alih bisa benar-benar merelakan. Terlalu ambigu. Merelakan ada hubungannya sama move on nggak? kalau iya, pantas aja saya susah. Aliran darah saya tidak begitu bersahabat dengan kedua hal tersebut, agaknya.
By the way lagi, pernahkah kamu berada di posisi harus merelakan, tapi sungguh, kembali lagi pada paragraf diatas bahwa ; merelakan adalah hal yang sangat susah. Saya berusaha sekali. Sungguh. Meskipun blog saya semakin menggalau menjijikan, instagram saya dipenuhi quotes-quotes (berusaha) realistis, dan twitter saya sama disfungsionalnya seperti pikiran saya, saya berusaha. And-you-know-what, mengusahakan sesuatu yang kamu sendiri tidak yakin eksistensinya, hanya menimbulkan sakit. Maksudku, bagaimana caramu berusaha merelakan, melupakan, beranjak move on dari seseorang atau sesuatu yang setiap saat muncul tanpa sopan di pikiranmu. Seseorang yang muncul di saat kamu akan beranjak menutup mata dan juga muncul saat kamu kembali akan membuka mata. Atau jika kamu beruntung, seseorang yang muncul di tengah-tengah saat kamu menutup dan akan membuka mata. Namun jika kamu sedang sial, seseorang yang muncul dalam pikiranmu ketika kamu terbangun entah karena sebab apa ditengah tidur malammu. Seseorang yang disaat tersibukmu pun kamu masih bisa berpikir tentangnya. Seseorang yang disaat terbahagiamupun kamu berharap dia juga ada disitu dan berbahagia bersamamu. Seseorang yang muncul begitu saja dipikiranmu setiap kamu mendengar beberapa lagu diponselmu. Seseorang yang muncul begitu saja dipikiranmu disaat kau menemukan sebuah hal bagus untuk dibagi. Seseorang yang, sungguh, setiap saat kau pikirkan, meskipun juga kau berusaha mati-matian mengabaikannya. Meskipun juga, tidak ada jaminan apakah dia melakukan hal yang sama terhadapmu. Sakit? oh tentu. Atau mungkin saya saja yang kelewat lemah. Bagaimana beberapa orang bisa merelakan yang lainnya, atau juga sedang berusaha merelakan, atau hanya berpura-pura merelakan….saya benar-benar tidak tahu bagaimana cara melakukannya.
Jadi ketika ini sudah menjadi terlalu lama dan menuju batas ‘mengganggu’, bisakah kamu mengatakan apa yang sebaiknya kulakukan? well..beberapa temanku menyarankan untuk berusaha move on, mencoba tidak terlalu memikirkan. Seperti itu akan berhasil saja. Mencoba untuk tidak terlalu memikirkan, katanya..memangnya selama ini apa yang kuselalu coba lakukan, ha? pikiran-pikiran semacam itu muncul tiap waktu tanpa aku perlu repot-repot untuk mengundangnya. Luar biasa.
I dont really think i need a new one, i need help. And prozac, perhaps?
-junk-
imsorryimsorryimsorryimsorryimsorry
Ps, tadi waktu saya sedang makan sama dua orang teman saya, tiba-tiba tempat makannya mati listrik. Jadi lalu si pemilik menyalakan beberapa lilin di dalam sana. Saya tidak benar-benar berpikir tentang apapun, hingga akhirnya salah seorang pegawainya mengadakan live music diiringi gitar disana. Lagu bagus. Berbahasa Indonesia. Seharusnya bukan tipe lagu kegemaran saya. Salah seorang teman saya memberi tahu, jika lagunya berjudul melepasmu, dari kelompok musik bernama drive. Lalu dua orang teman saya tadi beserta beberapa pengunjung yang masih disana ikut menyanyikan lagu tersebut.
Ah shiz…tu me manque beaucoup.. (pardon my french. It zuckz but im learning it)
☁
29 Jumat Mei 2015
Posted bibliodiary, late nite
inTag
Seperti kebanyakan surat lain pada umumnya, pasti akan diawali dengan kata – kata semacam, “halo” dan “apa kabar?”
Begitupun surat ini.
Halo, apa kabar?
Entah disadari atau tidak, sudah lama sekali kita tidak bertemu ya. Sekedar berbincang pun tidak. Rindu? Tentu. Meskipun aku merasa lega juga. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan apabila nanti aku berjumpa lagi denganmu. Entah yang disengaja maupun tidak. Pasti akan terasa seperti menggores luka yang hampir mengering bukan? Maksudku, tentu lukaku.
Begini, sebetulnya aku tidak bisa mendefiniskan dengan pasti hal apa yang mendorongku untuk menulis surat ini. Seperti yang kita berdua tahu, aku tak mudah untuk cepat terlelap di malam hari. Dan kebiasaan itu mengantarku pada kegiatan membuka file-file lama kita terdahulu. Iya, kita. Aku dan kamu. Karena semua yang ada disitu menyangkut dua pihak : aku dan kamu. Satu saat aku tersenyum, senang karena dulu kita menjalani hari-hari yang menyenangkan. Yang tak terbatas dan tak menuntut apapun. Satu saat yang lainnya aku benar-benar sedih, karena ungkapan bahwa tak ada yang abadi itu selalu terbukti kebenarannya. Jadi, kau bisa membayangkan bagaimana perasaanku seusai membuka hal-hal masokis itu tadi?
Benar, aku rindu. Rindu yang sangat mendominasi. Mungkin karena untuk alasan itulah aku menulis surat ini. Untuk sedikit menggambarkan perasaan yang menuntut ketenangan ini. Dan mungkin saja surat ini akan sampai padamu…..
Ehem. Mungkin kau bilang, membuka bagian di masa lalu adalah hal yang bodoh. Ya benar, mungkin memang bodoh. Tapi hanya dari situlah aku mampu menemukan dirimu, meskipun secara semu. Hahaha, ya ampun, apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku…
Ngomong-ngomong, aku tak menghapusnya dan tak akan pernah menghapusnya. Entah denganmu. Mungkin hal-hal semacam itu bagimu sudah menjadi seperti fosil…pernah ada dan sudah tidak dibutuhkan lagi eksistensinya.
Jadi begitulah, saat aku menuliskan “apa kabar?” itu bukanlah pertanyaan basa-basi yang tidak menuntut jawaban. Bagaimana hidupmu saat ini? kuliahmu? Bagaimana kabar percintaanmu, sudah menemukan kekasih yang baru? Bagaimana kabar hal-hal yang sudah selama berwaktu-waktu lamanya ini tak kudengar barang sedikitpun darimu? Bagaimana, bagaimana, dan tentu, masih banyak sekali bagaimana lainnya yang sungguh, ingin sekali kutanyakan secara langsung kepadamu.
Begitulah. Sepertinya aku hanya ingin mengungkapkan rasa rindu sepihak ini padamu. Aku tahu tak semua manusia mampu menerima rasa rindu dari yang lain, maka dari itu kutulis surat ini. Kau bisa merobeknya sesaat setelah kau menerimanya, jika kau mau. Ataupun menganggapnya angin lalu yang tak penting lagi, seperti yang selama ini kau lakukan, bukan?
Yang manapun itu, aku meminta maaf jika aku merindukanmu. Sungguh, aku meminta maaf.
Ya sudah, jika nanti hidupmu akan baik-baik saja, aku mengharapkan semua kelancarannya. Namun jika kau mengalami titik buruk dalam hidupmu nanti, aku berharap semoga mereka masih mampu membantumu seperti dulu.
Aku bukan penulis yang baik, menulis surat saja bahkan tak mampu untuk terlihat logis. Tapi ya sudahlah, kita toh tak pernah benar-benar mengenal kata logis.
Salam,
Kenalanmu di masa lampau, entah dengan apa kau menyebutnya kini.
-Junk
18 Senin Mei 2015
Posted bibliodiary, F.U.N, photodiary, story
inTag
Setelah dua hari tiba di Semarang dan bangun kesiangan serta ketinggalan kelas pagi hari Senin dan lalu entah mau berbuat apa lagi, saya akhirnya memutuskan untuk membuat postingan ini.
Jadi pada hari Jumat hingga Minggu kemaren, Saya dan Dias bermain sebentar ke kota Yogyakarta. Kenapa cuma dua hari yang notabene dapat dikategorikan sebagai sebentar? karena 1. Liburan kita juga nggak lama-lama banget ; 2. Karena dalam suasana long weekend, Jogja yang mana adalah destinasi untuk liburan menjadi padat luar biasa dan akhirnya tidak kondusif untuk berlibur, dan ; 3. Masakan saya di game facebook cafeland udah harus diambil sebelum busuk. The last one is a bit crap but it’s important tho 😥
Selama dua hari yang sebentar itu di Jogja, tempat yang saya kunjungi jelas tidak banyak, yang mana hanyalah di seputaran kawasan Malioboro, yang mana disitulah letak saya dan Dias menginap selama di Jogja.
Dimulai dari Semarang, kami naik kereta menuju kota Solo, lalu dilanjutkan lagi dengan naik kereta ke Jogja dan tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Karena jarak stasiun dan tempat tempat penginapan di kawasan Malioboro tidak jauh dari stasiun, maka kami memutuskan untuk berjalan kaki. Saya dan Dias, untungnya mampu menemukan satu penginapan dengan harga yang sangat mahasiswa sekali, dimana semua penginapan lain memasang tarif ga masuk akal dan tertempel tulisan ‘full’ dimana-mana. Sungguh, kami sangat beruntung. Setelah itu kami berjalan ke Benteng Vredeburg dan Sekitaran Malioboro.
Didalam museum diorama Vredeburg.
Btw, ini diorama ya…..berisi maket-maket rumah dengan patung-patung kecil begitu….sangat lucu dan pasti susah membuatnya.
Entah mengapa saya jadi takut sendiri waktu kelamaan memandang kostum ini hehe
Di kawasan Malioboro tidak ada angkot yang melintas..dan entah karena sedang musim libur atau apa, harga-harga disana luar biasa mahalnya. Contohnya saat saya dan Dias makan penyetan di depan gang penginapan…harga lalapannya dihitung, coba. Jadi total harga ayam, nasi, es teh, dan lalapan yang dihitung itu adalah 26.000 rupiah per-orang. Well, nggak penting sih..tapi kalo tiap hari makan disitu ya bayangin aja tekornya –” padahal teman saya yang berdomisili di Jogja mengatakan harga makanan semacam itu paling hanya berkisar antara 15-20ribu..dan 20ribu itu harusnya udah lengkap dan enak banget. Nah ini….. 😥 yaudah, kamipun mengikhlaskan.
Yang kedua, harga becak. Karena nggak ada angkot, dan angkutan yang paling pas untuk kami berdua adalah becak, maka kamipun memilihnya. Entah karena masa liburan atau apa…harganya pun juga tak masuk akal. Kami naik becak untuk menjangkau destinasi dekat yang meskipun nggak dekat-dekat banget kalau dengan berjalan kaki…si bapak becak menarik ongkos 20 ribu sekali angkut. Nah kalo dalam sehari ada 4 destinasi yang akan dituju dengan naik becak…kira-kira kami pulang pergi sudah habis berapa puluh ribu rupiah coba 😦 maka dari itu kami mengambil keputusan untuk berjalan kaki. Dan capeknya luar biasa, bung. Tapi yaudah. Gakpopo.
Malamnya, kami makan dan nongkrong sebentar di angkringan. Angkringan itu semacam warung nasi kucing (kalo di Semarang) namun dengan porsi yang lebih manusiawi dan HARUSNYA dengan harga yang murah. Sekali lagi, mungkin akibat musim liburan, kami pun mengeluarkan 41 ribu rupiah saat makan di angkringan. Ngomong-ngomong, kalo kalian ke Jogja, angkringan adalah salah satu hal yang wajib dicoba. Di dekat stasiun Tugu, banyak sekali berjejer warung angkringan….dan sekedar info, Susu jahenya enak sekaliiiii *ketagihan*
Me and the oh-so-famous-susu jahe.
Lalu saya nemu ini dong. Saya nggak yakin ini namanya apa, tapi kata Dias sih namanya gulali.
Oke. Setelah itu kamipun melakukan patroli untuk mencari Cafe atau tempat nongkrong lain di dekat Malioboro. Info aja sih, ga ada bapak becak yang tau cafe yang saya maksud (yang mana bernama ‘Secret garden’, kayaknya emang macem secret beneran) dan mengakibatkan saya dan Dias harus berjalan kaki sejauh kurang lebih satu kilometer (menurut Dias) sebelum akhirnya saya bertanya kepada tukang parkir di pinggir jalan dan beliau mengenali tempatnya (yang terletak di daerah Wirobrajan)…naik becak lagi deh. Deket dari Malioboro dari mananyaaaa *kzl* *googleboong*
Tempatnya sih enak dengan konsep separuh oudoor-dan separuh indoor serta rumput enak yang bisa dibuat guling-gulingan di bagian outdoor…cuman ya karena kita sampai disana udah jam 12an kurang dan last ordernya tinggal 10 menit..jadi ya ga begitu bisa dinikmati 😦 balik lagi deh kesitu kapan-kapan..enak soalnya.
HARI KEDUA kami menuju ke tempat wisata Taman Sari dan Keraton, dan rencana dadakan untuk balik ke Semarang tercipta disana.
TamanSari itu…rame banget. Jadi saya cuma bisa dapat gambar ini. Seharusnya ga heran sih, musim liburan. Yang saya heran adalah…Tamansari itu kan dulunya tempat pemandian ratu dan putri-putri raja ya…kok sekarang jadi kotor dan tidak terawat dan tidak sakral begini. Airnya bahkan lebih menyedihkan daripada kolam ikan dirumah saya. Sedih :'((
Sepenggal cuplikan yang saya dapat dari dalam Keraton.
Well..overall sih Jogja seru. Dan harusnya emang seru kalo nggak overcrowded dan overhigh price kaya kemaren. Really. I can stand some food with irrational price, but I cant when it comes to penyetan yang harga lalapannya diitung..apa banget coba kan..mereka kan seharusnya satu paket…….
Mungkin next time harus ke Jogja saat tidak dalam masa long weekend. Takutnya kami dikira turis terus harga-harganya dimahalin. Kan kzl.
Tapi saya lebih suka kota Solo sih. Harganya lebih murah dan terutama masyarakatnya lebih ramah ramah.
Karena mayoritas kami bepergian dengan berjalan kaki di Yogyakarta, kaki saya serasa mati rasa dua hari kemaren. Selain itu, semuanya terasa seru. Will be back for sure next time hehe.
Oh ya, saat mengetikan ini, sedang ramai sekali di beritakan mahasiswa yang ber-selfie dan jatuh ke dalam kawah merapi. Tipe-tipe traveller yang travelling untuk mendapatkan bahan foto yang bagus, meskipun harus dibayar dengan harga yang sangat mahal. Sampai detik ini, saya bersyukur saya bukan anak gunung dan ga suka ke gunung…meskipun peristiwa ini nggak ada hubungannya sama anak gunung atau bukan. Saya anak instagram. Setipe sama mahasiwa yang kemaren jatuh tersebut…saya berwisata, mayoritas alasannya adalah demi mendapat bahan foto yang bagus. Tapi saya berusaha tahu aturan, karena walaupun aturan dibuat untuk dilanggar, ada beberapa hal di alam yang tidak bisa begitu saja dilanggar atau nyawa menjadi taruhannya. Apalagi saya dibesarkan dalam budaya jawa yang masih mengusung tinggi nilai kesakralan alam. Saya berusaha menaati aturan seremeh apapun aturan yang ada, baik verbal ataupun non verbal. Baik yang aturan mendasar atau hanya sekedar “dilarang menginjak rumput”, karena kamu tahu…di alam ini banyak sekali hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh mata dan sembarang orang..maka pembuatan aturan seperti itu pasti ada maknanya. Apalagi di dalam hal sesakral gunung (yang belakangan jadi hits..orang berlomba-lomba naik gunung sebagai pembuktian anti mainstream dan mengepostnya di instagram). Well, sebagai anak instagram, saya paham perasaan semacam itu. Namun jika sudah mulai mengabaikan peraturan (terlebih membuang sampah sembarangan)..jadinya udah mulai aneh. Semalam saya membahas masalah ini dengan teman saya yang bernama @cerahceria, beliau merupakan anak pecinta alam terutama anak gunung sejati. Beliau mengeluhkan kelakuan para pendaki gunung amatir yang belakangan banyak bermunculan, hanya mendaki menggunakan pakaian dan perlengkapan a la pergi ke mall, membuang sampah sembarangan, memetik tanaman sembarangan dan mencari ke-antimainstream-an dengan mencari spot-spot ekstrim yang dilarang dalam aturan. Sekali lagi, sayapun anak instagram dan paham dengan keadaan semacam itu. Namun jika hal semacam jumlah like dan ‘follower’ instagram harus ditukar dengan hal-hal yang sudah pasti berbahaya terlebih nyawa, mending gausah. Really. Its not that worthy, yo. Lihat aja kasus yang jatuh ke kawah kemaren. Foto instagramnya memang keren-keren..tapi ujungnya dia harus membayar sangaaaaaat mahal untuk foto-foto bagusnya yang tidak biasa tersebut. Saya mengucapkan dukacita mendalam untuk keluarga yang ditinggalkan. Tanpa adanya maksud untuk mendahului kehendak Gusti Allah, tapi realistis aja deh. Jatuh dari ketinggian 300 meter aja kemungkinan terbesar udah Nggak Ada, apalagi sampai masuk kawah. Semoga keluarga yang ditinggalkan dikuatkan. Dan saya kasihan sama tim SAR nya sih. Mereka lebih berisiko terkena gas beracun yang ada disana saat mengevakuasi. Semoga dikuatkan.
Jika kamu menyukai alam..berusahalah mematuhi peraturan yang ada di alam. Teman saya mengatakan “alam adalah tempat kita bermain, namun alam bukanlah untuk main-main” ya bener juga sih. Selama kita tahu kita nggak hidup ‘sendiri’ di alam ini dan jelas ada kekuatan lain yang lebih berkuasa daripada kita di alam ini, ada baiknya menjaga sikap dan taat peraturan..because seriously…melakukan hal-hal ‘aneh’ dengan resiko besar untuk sekedar dipamerkan di media sosial sangat sangaaaat nggak layak.
Selamat hari senin, rutinitas!
junk
14 Kamis Mei 2015
Posted bibliodiary, F.U.N, late nite, story
inTag
Besok, saya dan dias mengawali short trip kedua kami, yaitu dengan destinasi kota Yogyakarta, setelah yang pertama dulu adalah kota Solo. Kalau dipikir-pikir, jarak kami untuk ngetrip ini sama sekali nggak jauh-jauh dari Semarang, ya. Mungkin beberapa orang akan menganggap “Yaelah cuma kesitu doang tiap weekend juga bisa kali.” begitu. Salah seorang teman kami berucap : “Kok deket banget? Nggak ke Bali aja? Raja Ampat tuh bagus.” dan saya, cuma senyum menanggapinya. Karena…sebuah perjalanan tidak sama untuk satu orang dan yang lainnya. Ada seseorang yang menganggap perjalanan jauh di tempat terkenal adalah hal yang lebih mengasyikkan. Bagi saya, mampu mengunjungi dan menikmati seisi kota baru tersebut bersama teman saya sudahlah cukup. Nggak perlu jauh – jauh. Mungkin nanti, ada masanya, ketika kami sudah mampu berjalan sendiri dan tidak merepotkan orangtua kami dengan masalah uang saku. Tapi untuk masa – masa ini…sebuah hal selalu dimulai dari nol kan? Buat apa kami melalang buana ke tempat tempat jauh yang ramai dibicarakan para orang-orang yang mengaku traveller dan backpacker (namun dengan gaya hidup mewah dan menyeret koper ber-merk Louis Vuitton di tempat wisata) jika tempat tempat bagus yang berada di dekat kamipun kami belom pernah merasakannya?
Alasan saya menyukai perjalanan tas punggung dengan budget yang kita buat seminimal mungkin adalah..agar kita lebih menikmati kota tersebut, secara harfiah..dan bukannya berprioritas untuk mengunjungi mall nya. Selain itu, saya suka sekali meng-eksplorasi suatu tempat baru. Karena setiap tempat selalu punya cerita, bukan? Apalagi jika dilakukan bersama teman dekat yang sudah kau ketahui segala macam hal tentangnya.Selalu ada hal baru sebagai pengetahuan, pelajaran ,atau bahkan bahan fotografi yang bagus. Contohnya, Lihat saja perjalanan saya dan Dias saat ke Solo tempo hari dan berujung dipantai-pantai indah di Pacitan itu (pantainya saya post di instagram, ya: @Monicnicta).Kami hanya berencana bermain sebentar di kota Solo namun bisa berakhir dengan pengalaman kota Solo yang sepi namun asyik,plus bonus perjalanan singkat sehari mengunjungi pantai indah berpasir putih di kota Pacitan. Itu sangat sangat menyenangkan!
Alasan lain..mungkin karena saya ingin berlibur sebentar dari kota tempat tinggal saya dan segala hal di dalamnya..meskipun hanya untuk beberapa hari. Saya tahu ada ungkapan “home is where your heart is”, dan dengan segala apa yang saya alami di lingkungan sehari-hari saya memantapkan saya untuk yakin bahwa hati saya bukan disitu. Saya akan terus mencari hal dan tempat dimana ‘hati’ saya akan mantap dan senang di suatu tempat, tanpa adanya usaha dan paksaan berlebih.
Well…we’ll see.
Perjalanan semacam itu, jelas bukan hal yang tidak mengandung masalah ataupun resiko. Banyak hal-hal semacam kehilangan barang remeh atau buta arah (meskipun kami cukup pintar dalam mengatasi masalah yang satu ini. Sorry, I won’t be humble), atau hal lainnya. Namun itu wajar sih. Selama kamu tidak kehilangan barang berharga dalam bawaanmu atau tubuhmu, itu tidak menjadi masalah besar. Jadi, untuk kalian yang suka dan bisa berkunjung dan berlibur ke tempat-tempat baru tanpa harus dibuat bingung oleh keadaan ini-itu, be happy, because you people are so lucky. Banyak yang ingin sekali melakukan hal-hal semacam ini namun terkendala banyak hal, seperti contohnya biaya, izin orangtua, atau keleluasaan waktu. Jika kalian tidak terlalu terkendala oleh hal-hal tersebut..kalian beruntung.
Dan terimakasih Tuhan, sayapun beruntung.
Jadi..pernah mendengar kata-kata “travelling lah mumpung masih muda, sebelum pekerjaan dan usia tua membatasi semuanya”, well..kenapa enggak?
p.s. I really want to go somewhere, that no one knows me, but can be friends in the end with me. share about literally anything, no judge, and no pretending. Sounds fun, huh?
See ya on the next post!
-junk
25 Sabtu Apr 2015
Posted bibliodiary, F.U.N
inTag
selamat siang. Kota saya sedang mengalami mendung sejak pagi tadi, meskipun sepertinya tidak ada tanda tanda lebih lanjut untuk turunnya hujan. Setidaknya mendung ini terjadi di hari sabtu….
Ngomong-ngomong, mengapa mendung selalu identik dengan galau dan bermalas-malasan ya? Walaupun tidak selalu menjadi pemicu juga sih.
Apapun itu, saya mempunyai beberapa pilihan lagu yang sekiranya mampu membuat galau ataupun kegiatan bermalas-malasan anda bisa bertambah lebih ikhlas di akhir pekan ini.
Jika berkenan, sila untuk mengeceknya lewat media kesayangan anda.
1. Gabriell Aplin – The Power of Love
iya, ini adalah lagu yang dibawakan ulang (dengan mood yang lebih smooth dan mellow daripada yang dibawakan oleh penyanyi aslinya \m/).
2. James Vincent Mcmorrow – Ghost
mendengarkan lagu ini, terutama di saat-saat cuaca mendung, membuat saya merindukan beberapa kota dan tempat -tempat tertentunya.
3. Vox Collective – She Wolf
tadinya saya berpikir bahwa lagu yang dinyanyikan olrh Shakira ini akan terdengar ‘begitu-begitu’ saja saat dibuat versi cover nya. Tapi ternyata menjadi sangat berbeda dengan mood yang total calm saat dibawakan ulang oleh Vox Collective. P.s semua lagu upbeat yang mereka gubah menjadi sangat berbeda dengan mood yang berbeda pula. err…bagus bagus sih….
4. Lily Wood and The prick – Prayer in C
meskipun terkesan selalu diulang, lagu ini tidak membuat saya cepat bosan saat mendengarkannya.
5. Shura – Touch
saya nggak bener-bener punya deskripsi untuk lagu ini. Namun lagu ini menjadi favorit sekali untuk di dengarkan menjelang tidur.
“…theres a love between us still but something’s changed and i dont know why..”
6. Aqualung – Strange And Beautiful
maximal.
7. Sia – Big Girls Cry
kalo untuk lagu bertema datk dan galau-galauan, maksimal banget lah ya kalo diciptakan oleh Sia.
8. Rhye – Open
sebetulnya judul diatas sama sekali bukan tipe lagu yang ‘sangat-saya-sekali’ , tapi beberapa hal dan keadaan rupanya diciptakan untuk tidak berteori dan tak dapat didefinisikan.
9. Hurts – Better Than Love
kayaknya ini duo, deh. Apapun itu, lagu-lagu mereka sangat asik dan layak di dengarkan.
10. MØ – Waste Of Time
Saya menemukan lagi satu lagu dan penyanyi indie yang keren :))
11. Charlie Puth – See You Again
oke, lagu ini beredar sangat kencang sekali sih belakangan ini, tapi saya lebih suka mendengarkan lagu ini saat dinyanyikan oleh Charlie dan alunan pianonya daripada saat ia bernyanyi dan diiringi oleh lirik dari seorang rapper. Hehe.
Selamat menikmati.
Junk
14 Sabtu Mar 2015
Posted bibliodiary, F.U.N, photodiary, story, street!
inTag
Adalah nama dari acara festival musik yang diadakan oleh fakultas saya, dalam rangka sebagai tribute untuk Pandam (untuk lebih jelasnya mengenai siapa itu Pandam, mungkin bisa dilakukan via googling dengan keyword pandam wiyasa).
Ada dua penampilan yang sangat saya tunggu-tunggu dari keberadaan acara ini, yang pertama adalah penampilan dari Stars and Rabbit dan yang kedua tentu saja adalah Pandai Besi. Dua nama diatas adalah nama band indie yang berasal dari Yogyakarta dan Jakarta, bukannya nama tokoh fabel ataupun nama tukang tabuh besi secara harafiah. Tapi bagi beberapa orang yang tidak tahu, atau kurang paham, mungkin sekali lagi dapat mengandalkan google.
Sebenarnya acara ini dimulai pukul empat sore, namun saya batu tiba disana pukul tujuh malam, yang mengakibatkan saya melewatkan penampilan live Stars and Rabbit saat menyanyikan ‘Like It Here’. Hiks.
1. Stars and Rabbit
setidaknya saya dapat menyanyikan lagu ‘Worth It’ bersama audience lainnya.
Pelepasan lampion oleh Kak Elda selaku vokalis sebagai simbol tribute.
Berfoto bersama beliau yang tidak sulit diminta foto bersama. Hehehe.
2. Pandai Besi
Adalah pengisi puncak acara sekaligus penampilan yang paling saya tunggu-tunggu. Pandai Besi , yang merupakan gubahan dari Efek Rumah Kaca, bagi saya memiliki aura magis yang membius (mirip ketika saya mendengarkan lagu-lagu milik Sigur Ros) dibandingkan dengan Efek Rumah Kaca itu sendiri, meskipun dengan lirik yang sama. Tata panggung yang remang serta tarian – tarian magis dari dua vokalisnya membuat saya sedikit dicekam perasaan high hahaha (untuk yang tidak suka atau bahkan tidak tahu apa itu Pandai Besi, tentu pernyataan saya diatas adalah debatable).
lihatkah aku pucat pasi, sembilu hisapi jemari..
Saya nggak nyesel nontonnya hehehehe.
Sebelum pandai besi perform, saya bertujuan untuk -entah bagaimana caranya- berfoto bersama dengan salah seorang personilnya yang bernama Nastasha Abigail. Simply karena saya ngefans baik ketika dia sedang perform dipanggung ataupun ketika dia sedang siaran. Fyi, Kak abigail adalah mantan.penyiar dari radio Trax Fm jakarta (dan menjadi idola saya sekali ketika dia siaran di segmen Clubsky bersama Kak Ayumi Astriani. Duo miyabi yang kini hanya bisa dikenang :”(( hiks). Dan sepertinya semesta sedang berbaik hati kepada saya, karena ia mengizinkan saya melihat sosok Kak Abi dan membuat saya bergegas menyapa dan berkenalan. Serta berfoto bersama. Hehe. Terima kasih banyak atas keramahannya!
———————————–
Selain dua band diatas, ada beberapa band juga yang menurut saya penampilannya menghibur, meskipun saya tidak paham lagu-lagunya. Salah satunya adalah band bernama Matajiwa. Asap dupa menguar serta barisan mercon bzz bzz mengiringi penampilan mereka.
———————————–
Walaupun saya malas masuk kuliah, mau nggak mau saya salut juga sama fakultas saya yang bisa dan sukses mengadakam acara seperti ini dengan jumlah penonton yang tidak sedikit sama sekali. Ya walaupun hal tersebut juga tidak lantas membuat saya jadi akan rajin kuliah sih.
Thanks to Faculty of Language and Art Soegijapranata Univ yang telah membuat saya (tanpa pernah terduga melalui jalan ini) mampu melihat penampilan live dari Stars and Rabbit serta Pandai Besi. Double strike!!!!
-junk
02 Senin Mar 2015
Posted bibliodiary, F.U.N
inTag
Hai.
Beberapa lagu di bawah adalah lagu yang sering saya putar apabila saya sedang nge-shift. Jadi, kalau misalnya ada dari kalian yang suka main ke -M- dan kebetulan menemukan postingan ini (kebetulan yang mengerikan sih, ya), dan buat pengunjung yang sering menanyakan lagu apa yang saat itu sedang dimainkan, ini adalah daftarnya :
hehe.
1. Honeymoon on ice by The Trees and The Wild
Masa ada yang nggaktau band ini, terlebih lagu yang satu ini, sih? Ya kalau nggak tau saya kasih tau sekarang hehe. Temen saya bilang, Remedy, selaku vokalisnya memiliki kelebihan pada hal berwajah tampan; buat saya, kelebihan mereka ada di permainan gitar mereka sih haha. Secara keseluruhan, ini adalah lagu TTATW yang paling saya sukai.
2. What You Wanted by Angus and Julia Stone
Sekilas, intro lagu ini mirip intro lagu Honeymoon on Ice-nya ttatw, tapi setelah lama diikuti, lagu milik Angus and Julia Stone ini juga menarik kok. Sungguh. Buktinya beberapa temen saya yang hobi bermusik jedakjedukan bertanya tentang lagu ini waktu sedang berkunjung kepada saya hehe.
3. I’m Not Yours by Angus and Julia Stone
Masih oleh Angus dan Julia Stone. Bila mendengarkan lagu ini saat sedang shift dan sedang galau, niscaya kamu akan semakin galau.
4. Washing Dishes by Jack Johnson
Bukan karena saya sering mendapat tugas mencuci piring maka saya suka lagu ini sih. Tapi lagunya memang sering saya pergunakan untuk menemani saya saat sedang berjobdesk di luar bar. Hahaha.
5. Where No One Goes by Jonsi
Iya, ini merupakan salah satu soundtrack dari how to train your dragon (yang saya nggaktau filmnya kaya apa). Seperti biasa, Jonsi selalu keren bagi saya.
6. Out of My Hand by Jason Mraz
Favorit, sih.
7. Hoppipolla by Sigur Ros
Sepertinya nggak perlu diberi banyak keterangan, ya. Buat yang nggaktau Sigur Ros itu apa….really? –”
8. Who Says by John Mayer
9. How Long Will I Love You by Ellie Goulding
*pasang emote hati retak here*
10. Inside of love by Nada Surf
Ini lagu vintage banget, sejak saya kelas 6 SD apa ya. Tapi lagunya asyik banget kalau didengerin pas hujan-hujan dan pengen sing along haha.
11. Youth by Daughter
Salah satu band indie yang lagunya keren-keren bagi saya, terutama lagu berjudul diatas.
12. Sewn by The Feeling
13. She Is Love by Parachute
14. Lazuli by Beach House
15. No Rest For The Wicked by Lykke Li
personally attached to this woman and her songs are lovely as well.
Silakan di check di youtube bila berkenan, lagu-lagunya woles kok, kadang saya pakai buat nemenin kalau nggak bisa tidur juga
hehe
junk.